Korupsi dan Nyontek

12 Juni 2011 | komentar (45)


Korupsi, ya…korupsi merupakan satu kata yang tak asing lagi bagi kita. Bahkan tiap hari apakah itu di media Koran ataupun Televisi sering memberitakan tentang Korupsi. Dari Mulai pejabat tinggi kita , apakah itu Gubernur, bupati , anggota DPR dan banyak lagi yang sering menjadi Head line suatu pemberitaan. Betapa tidak bahkan sejumlah prestasi negeri ini di bidang korupsi pun sudah santer diberitakan di penjuru dunia. Mulai dari masuknya Indonesia ke dalam daftar negara-negara terkorup, sampai ke pemberitaan penangkapan koruptor Indonesia seperti Gayus Tambunan, Nazzarudin (ex Bendum Partai Demokrat), Hakim Syarifudin dan sejumlah politisi senayan dan lain lain yang diboyong ke kantor KPK. Sungguh begitu banyak penderitaan yang dialami bangsa ini akibat kelakuan korup sejumlah elit. Ironisnya mereka adalah orang-orang berpendidikan, yang mana dipundaknyalah harapan negeri ini dibebankan.

Sungguh ironis memang…Saya sungguh tidak habis pikir, Indonesia yang katanya masyarakatnya santun dan memegang teguh adat dan budaya, kenapa bisa masuk dalam jajaran negara terkorup di dunia. Apa ini adalah budaya kita?? Tentu tidak. Dalam kegalauan saya akan masalah ini, teringat ketika masa ujian di bangku sekolah. Ketika sedang ujian ataupun ulangan banyak yang melakukan perbuatan contek mencontek ( termasuk saya sendiri wkwkwkwkkwk ) dan itu dianggap sebagai suatu hal yang biasa.

Ya nyontek, adalah suatu kecurangan yang barangkali pernah kita semua lakukan. Menurut Wikipedia nyontek (cheating) merupakan tindakan bohong, curang, penipuan guna memperoleh keuntungan tertentu dengan mengorbankan kepentingan orang lain.
Meski tidak ditunjang dengan bukti empiris, banyak orang menduga bahwa maraknya korupsi di Indonesia sekarang ini memiliki korelasi dengan kebiasaan menyontek yang dilakukan oleh pelakunya pada saat dia mengikuti pendidikan. Apa hiya .. ya….

Terlepas ada korelasi atau tidak yang penting dalam menjalankan aktifitas rutinitas kita sehari hari utamakan kejujuran dan selalu mendekat diri kepada Allah SWT.

Takkan Pernah Mampu Membalas Jasa Orang Tua

05 Juni 2011 | komentar (36)

Sobat, pernahkah dirimu merasakan apa yang sedang kurasakan saat ini? Rasa bersalah yang teramat sangat. jauh dari orang tua yang sekarang hanya tinggal berdua.Tak ada lagi putera-puteri yang tersisa. semuanya berada dalam radius yang sangat jauh, menempuh episode kehidupan masing-masing. Betapa sepinya mereka.

Sewaktu bayi, entah berapa kali kita mengganggu tidur nyenyak ayah yang mungkin sangat kelelahan setelah seharian bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Mungkin juga kotoran kita ikut tertelan Ibu ketika kita buang "pup" di saat ibu sedang makan. Ibu juga tidak peduli ketika teman-temannya marah karena membatalkan acara yang sangat penting karena tiba-tiba anaknya sakit. Kekhawatiran demi kekhawatiran tiada pernah henti mengunjungi mereka setiap kali kita melangkah.

Beranjak dewasa, betapa tabahnya ayah dan Ibu menerima pembangkangan demi pembangkangan yang kita lakukan. Mereka hanya bisa mengelus dada karena teman-teman di luar sana lebih berarti daripada mereka. Jarang sekali sekali kita mau menyisakan waktu untuk menyelami mimik wajah mereka yang penuh kecemasan ketika kita pulang telat karena ayah dan ibu selalu menyambut kita dengan senyum.

Sobat, pernahkah dirimu bangun tengah malam dan mendengar tangisan Ibu dalam doanya seperti yang pernah aku dengar? Tangisan dan doa itulah yang mengantar kesuksesan kita. Pernahkah kita tahu Ayah dan ibu terluka dan mengiba kepada Allah agar kita jangan dilaknat karena perbuatan dosa dan kesalahan-2 yang kita lakukan, agar Allah mau mengampuni kita dan memberikan kehidupan terbaik untuk kita?

Pernahkah kita berterimakasih ketika kita dapati ayah dan ibu berbicara berbisik-bisik karena takut membangunkan kita yang tertidur kelelahan? Pernahkah kita menghargai patah demi patah kata yang mereka susun sebaik mungkin untuk meminta maaf karena mereka tidak sengaja memecahkan atau merusak benda kesayangan hadiah ulang tahun dari teman kita? Pernahkah kita menyesal karena lupa menyertakan mereka di dalam doa?

Ah, Sobat, betapa tak sebanding cinta dan pengorbanan mereka dengan balasan kasih sayang
yang kita berikan. Setelah dewasa dan bisa "menghidupi" diri sendiri, kita masih bisa melenggang ringan meninggalkan mereka (mereka ikhlas asal kita bahagia).

Lalu...?
Mungkinkah kita bisa seperti Ismail yang merelakan dirinya disembelih ayah kandung demi menuruti perintah Allah? Atau seperti Musa yang dihanyutkan ketika bayi?

Ternyata kita masih sangat jauh...
Lalu bakti seperti apakah yang bisa kita persembahkan?

Sobat, bantu aku agar optimis!
Ya..! masih banyak waktu untuk membahagiakan mereka. Hal yang terkecil yang bisa kita lakukan adalah: tak mengatakan "tidak" ketika mereka menyuruh atau menginginkan sesuatu dan segera ambil alat komunikasi, hubungi mereka saat ini juga, sapa mereka dengan hangat,
pastikan nada suara kita bahagia!

Bahagiakan ayah, bahagiakan Ibu!
Mulai dari sekarang, selagi masih di beri kesempatan.

Penerimaan Siswa Baru dan Iklan

03 Juni 2011 | komentar (27)

Biasanya antara bulan Maret - Juni sekolah, perguruan tinggi ataupun lembaga pendidikan tengah melakukan upaya untuk menjaring siswa sesuai yang menjadi target mereka. Dengan berbagai variasi model promosi yang ditawarkan melalui brosur, pamflet, iklan televisi, radio maupun spanduk-spanduk yang tersebar dimana-mana dengan memberikan “citra” yang beragam. PSB pun tidak dapat mengghindari perang spanduk yang semakin hari semakin meramaikan ruang publik reklame di tiap jalan bahkan sampai pelosok. Spanduk yang berisi informasi sistem PSB dari sekolah yang bersangkutan tersebut terkadang dipenuhi janji dan fasilitasi yang harus dibuktikan oleh masyarakat pengguna itu sendiriAda yang menuliskan di spanduk besar, “Sekolah Unggulan Teladan Nasional”, “Kampus Pencetak Profesional”, “Lembaga Unggulan Terbaik Nasional”, “Bekerja Sebelum Wisuda”, “Membuka Kelas Akselerasi”, “Sekolah Bertaraf Internasional”, “Lulus 100% Ujian Nasional”, “Standar Kualitas Pendidikan Nasional”, “Juara Nasional No.1″, bahkan ada beberapa sekolah yang sampai menjanjikan untuk 100 pendaftar diberi seragam , batik, kaos olah raga dan sepatu gratis, bahkan sampai berani ada yang memberi iming iming kepada guru yang mendaftarkan secara kolektif akan diberikan uang kompensasi dan sebagainya. Semua slogan itu untuk menggambarkan bahwa pendidikan di situ hebat, tepat untuk dipilih. Dan umumnya, sebagian besar memang yang paling mendominasi “pagelaran” spanduk dan promosi itu adalah dari pihak penyelenggara pendidikan swasta. Tentu ini hal yang lumrah karena mereka dapat terus bertahan dari jumlah siswa yang ada.Bahkan ada beberapa sekolah sudah mulai secara diam diam menerima siswa dengan dalih rekruitmen siswa lebih selektif, separah itukah dalam mencari siswa baru...? Sekolah sekolah sudah mulai mengatur strategi bagaimana memanfaatkan momentum ini untuk menaikan citra sekolah agar lebih bergensi dan mendapatkan murid yang banyak untuk masa masa mendatang. Sayangnya, penjelasan atas ketidaksesuaian kondisi tersebut baru dilakukan (dijelaskan) setelah orang datang ataupun menikmati sebagian layanan sekolah/lembaga. Dengan berbagai dalih dan “prosedur” yang disampaikan oleh lembaga/sekolah, semua bahasa iklan dalam promosi tersebut dijelaskan dalam bahas para pengelola yang merupakan syarat dan ketentuan dari item iklan yang beredar. Ya, kira-kira persis seperti perang pulsa antar operator telpon selular. Sehingga inilah yang terkadang membuat orang menjadi kecewa. Isi iklan tidak selalu sama dengan kenyataan.

Hal di atas merupakan merupakan sekelumit tradisi dan fenomena rutinitas dalam Penerimaan Siswa Baru Lepas dari benar tidaknya fakta yang dituliskan di dalam iklan promosi masing-masing sekolah, saya menilai itu sah-sah saja dilakukan. Namun, jika tidak sesuai fakta maka akan menjadi bumerang bagi lembaga yang bersangkutan. Itu akan merugikan lembaga tersebut dan masyakarat penggunanya/dilayaninya.

Menurut pandangan saya sebagai orang awam, kalau itu terjadi dunia bisnis mungkin itu bis kita maklumi. Tapi ini terjadi di dunia pendidikan, bidang yang lebih berpihak pada sosial non profit. Dimana sekolah/lembaga pendidikan itu didirikan adalah untuk menjadi wadah dan wahana pembelajaran bagi siapa saja untuk meningkatkan kualitas dirinya sehingga mampu menjadi insan yang mandiri berdasarkan nilai-nilai akhlak yang diyakini dalam agamanya.

Sampai kapan tradisi dan rutinitas dalam penerimaan siswa ini akan terus berlanjut? Tergantung pada kesadaran diri masing-masing guru dan pelaku pendidikan…dimana anda meletakkan hati dan nurani anda ketika mengelola siswa dan lembaga/sekolah anda…??? Hanya Tuhan dan anda-lah yang tahu.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Assyafieq - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger